...
adat NTT
5-min read

8 Pakaian Khas Adat NTT yang Bikin Memanjakan Mata, Setiap Suku Punya Ciri Khas

adat NTT

Ternyata ini dia lho pakaian khas adat NTT yang wajib kamu ketahui dari sekarang!

NTT adalah rumah bagi beragam kelompok etnis dan budaya yang memiliki tradisi adat istiadat yang unik dan menarik. Misalnya, seperti pakaian khas adat NTT setiap suku yang mempunyai ciri khasnya masing-masing.

Tak mengherankan jika NTT menjadi salah satu provinsi yang kaya akan kebudayaan karena memiliki tujuh suku yang berbeda. Salah satu contohnya adalah beragam pakaian adat yang dikenakan oleh setiap suku.

Pakaian adat NTT bahkan memiliki latar belakang, keanekaragaman, dan fitur yang berbeda berdasarkan sukunya. Nah, pada artikel ini, kita akan membahas setiap jenis pakaian adat Nusa Tenggara Timur dan karakteristiknya ya!

Info wajib baca: Arti Mimpi Melihat Air Mengalir Deras, Pertanda Keberuntungan atau Kesulitan?

Pakaian Adat NTT Berdasarkan Sukunya

adat NTT
Source: Bumi Insan Bumi Mandiri

Berikut ini ada beberapa pakaian adat NTT yang tentunya berbeda dari setiap suku ada yang ada di NTT:

1. Pakaian adat NTT Suku Rote

Pakaian adat suku Rote dianggap sebagai ikon budaya Nusa Tenggara Timur karena tenun ikatnya. Selain itu pakaian adat mereka memiliki model yang unik, punya nilai filosofis, dan sejarah.

Selain itu juga pakaian adat suku Rote ini awalnya terbuat dari serat pohon. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Rote mengganti serat pohon dengan kain kapas. Mereka menghasilkan kapas dari lahan di sekitar rumah mereka, yang kemudian diolah menjadi kain kapas.

Salah satu ciri khas pakaian adat suku Rote adalah Ti’i Langga, sebagai penutup kepala atau topi. Topi ini mirip dengan topi Sombrero yang dipakai oleh orang Meksiko.

2. Pakaian adat NTT Suku Dawan

Suku Dawan berada di Kupang, Timor, dan Belu. Mereka mengenakan pakaian adat mereka yang disebut Amarasi. Baju amarasi ini terdiri dari beberapa bagian, seperti kebaya, selendang yang menutupi dada, dan sarung tenun untuk bawahan.

Para wanita dari suku Dawan biasanya memakai pakaian Amarasi selama perayaan besar. Mereka juga memakai aksesoris seperti sisir emas, gelang berbentuk kepala ular, dan tusuk konde yang dihiasi emas.

Namun, pakaian pria khusus Amarisi terdiri dari kemeja bodo dan sarung tenun yang diikat pada pinggang. Para pria Dawan biasanya juga mengenakan aksesoris seperti kalung muti salak, kalung habas, gelang timor, dan hiasan tara di kepala mereka.

3. Pakaian Suku Helong

Mayoritas orang Helong berasal dari pulau Timor, dan mereka kebanyakan tinggal di Kupang Tengah dan Kupang Barat. Mereka juga tinggal di Pulau Flores dan Pulau Semau.

Pakaian adat suku Helong terdiri dari dua kategori yakni pakaian adat wanita dan pakaian adat laki-laki. Orang-orang biasanya mengenakan pakaian adat mereka saat menghadiri acara-acara tertentu.

Adat pakaian wanita suku Helong terdiri dari berbagai bagian, seperti kebaya atau kemben, dan sarung sebagai bawahan yang diikat dengan ikat pinggang emas. Beberapa aksesoris tambahan juga tersedia, seperti kalung dan anting-anting berbentuk bulan (kerabu), hiasan kepala bulan sabit (bula molik), dan hiasan leher bulan.

Untuk laki-laki, pakaian adatnya terdiri dari atasan kemeja bodo dan bawahan selimut lebar. Selanjutnya, ada berbagai macam aksesoris, termasuk ikat kepala (destar) dan perhiasan leher (habas).

4. Pakaian adat NTT Suku Sabu

Di sebut sebagai kelompok etnis yang dikenal sebagai suku Sabu tinggal di pulau Sawu dan pulau Raijua di Nusa Tenggara Timur. Pakaian adat pria dan wanita terdiri dari pakaian adat suku Sabu.

Untuk pria, pakaian konvensional ini biasanya terdiri dari kemeja putih lengan panjang dengan bawahan sarung kain katun. Terdapat berbagai macam aksesoris yang biasa digunakan, seperti selendang di bahu, ikat kepala dengan mahkota tiga tiang emas, sabuk berkantong, kalung muti salak, gelang dan perhiasan leher (habas).

Pakaian wanita biasanya lebih sederhana daripada pakaian pria. Wanita Suku Sabu biasanya mengenakan kebaya dan dua buah kain tenun sarung yang diikat dengan ikat pinggang dan dua lilitan.

Ketua adat dan anggota masyarakat biasanya memakai pakaian adat suku Sabu saat menghadiri acara adat, seperti ritual pemakaman.

5. Pakaian adat NTT Suku Sumba

Orang-orang Sumba hidup di Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur. Pakaian adat suku ini adalah Hinggi, yang terdiri dari dua lembar yakni Hinggi Kombu dan Hinggi Kawuru.

Kaum pria suku Sumba melengkapi bagian kepala mereka dengan ikat kepala (Tiara Patang) yang dililitkan atau dibentuk seperti jambul. Posisi jambul ini dapat berada di depan atau samping kanan atau kiri, tergantung pada simbol yang ada di kepalanya.

Selain itu, pakaian adat pria Sumba juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris, seperti senjata tradisional yang disebut kabiala, yang diletakkan di ikat pinggang. Masyarakat Sumba menganggap Kabiala sebagai simbol kekuatan.

Kemudian, perhiasan Kanatar dan Muti Salak dipasangkan pada pergelangan tangan kiri. Perhiasaan ini menunjukkan kelas sosial dan kekayaan pemakainya.

Pakaian adat kaum wanita biasanya terbuat dari kain yang berbeda-beda jenisnya, seperti Lau Kawar, Lau Pahudu, Lau Mutikau, dan Lau Pahudu Kiku, yang dipakai hingga setinggi dada dan ditutup dengan Taba Huku berwarna senada dengan kain yang dikenakan.

Wanita suku Sumba kemudian mengenakan tiara berwarna polos dengan Hai Kata (Tiduhai) di atas kepala mereka. Mereka juga memakai perhiasan logam (Maraga) di dahi mereka, kalung emas di telinga mereka, dan perhiasan yang disebut mamuli di telinga mereka.

Info wajib baca: 5 Pertanda Burung Masuk Rumah Pada Siang Hari, Pertanda Positif?

6. Adat Suku Lio

Suku Lio adalah suku tertua di Flores. Mereka tinggal di Kabupaten Ende di Nusa Tenggara Timur. Salah satu suku yang sangat mempertahankan tradisi dan budaya mereka dari leluhur mereka, termasuk pakaian adat mereka.

Kepala suku Lio dan warga kerajaan masih mengenakan pakaian adat yang disebut Tenun Ikat Patola. Ikat patola sendiri adalah kain tenun yang dipakai secara khusus oleh orang-orang penting dalam suku tersebut.

Motif dapat berasal dari hewan, dahan, dedaunan, ranting, atau manusia. Ukurannya sangat kecil, dengan bentuk geometris yang membentuk jalur biru atau merah di atas kain gelap.

Motif-motif tersebut dibuat dengan menggunakan benang merah atau biru pada kain gelap. Wanita bangsawan biasanya menghias tepi mereka dengan manik-manik atau kulit kerang.

Ikat patola ini dianggap sangat sakral karena sering digunakan sebagai penutup jenazah raja, bangsawan, dan kepala suku. Pakaian adat ini juga sering digunakan sebagai pakaian kebesaran saat ritual atau upacara adat, seserahan saat hajatan, upacara penghormatan kepada sang pencipta, barang jaminan, pakaian kebesaran, dan memakaikan anak dan menantu sebagai bukti kemampuan menenun anak gadis sebagai persyaratan menikah.

7. Pakaian adat Suku Manggarai

Orang-orang Manggarai tinggal di Nusa Tenggara Timur. Mereka mengenakan pakaian adat yang sangat filosofis, seperti kain Songke.

Kain Songke adalah kain yang harus dipakai oleh wanita suku Manggarai dengan cara yang mirip dengan sarung. Namun, karena ada beberapa bagian yang harus menghadap ke depan, pemakaiannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Semua kain Songke memiliki warna hitam, yang menunjukkan kebesaran dan kekuatan suku Manggarai. Selain itu, kain Songke memiliki banyak motif, masing-masing dengan makna yang berbeda.

Salah satu contohnya adalah kain Songke dengan motif wela kaleng, yang menunjukkan ketergantungan manusia pada alam. Motif lain adalah Ranggong, yang menunjukkan kejujuran dan kerja keras. Motif Su’i, yang menunjukkan bahwa segala sesuatu memiliki batasannya, kemudian muncul.

8. Pakaian Suku Sikka

Pakaian adat ini untuk wanita terdiri dari penutup badan Labu Liman Berun wanita, yang terbuat dari sutera dan berbentuk seperti kemeja berlengan panjang. Labu Liman Berun wanita sedikit terbuka di pangkal leher agar lebih mudah dipakai.

Selain itu, bentuk polanya tidak terlalu mirip dengan kemeja atau blus yang berkancing di bagian depannya. Sebaliknya, selendang yang diselempangkan di bagian atasnya melintang sampai ke dada.

Di bagian bawahnya, menggunakan kain utan lewak, yang merupakan sarung khusus wanita. Lajur-lajur bergaris menggambarkan beragam flora dan fauna di kain sarung ini.

Untuk kakaian adat kaum laki-laki, Sikka biasanya terdiri dari kain penutup badan dan kepala. Penutup badan biasanya mirip dengan kemeja gaya Barat yang bertangan panjang dengan warna putih.

Namun, ada tambahan di bagian dada, yaitu sepasang lensa sembar dengan corak flora atau fauna yang diikat dengan teknik ikat lungsi. Memakai utan atau utan werung di pinggangnya setelah itu.

Sejenis sarung berwarna gelap seperti biru tua atau hitam dengan garis biru melintang disebut tan werung. Selanjutnya, penutup kepalanya terbuat dari kain batik soga yang diikat dengan pola tertentu.

Salah satu perhiasan yang dipakai oleh kaum pria adalah keris yang digantung di pinggang mereka sebagai simbol kekuatan dan kesaktian.


Demikianlah adat dari NTT yakni pakainnya yang cukup populer dan menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sangat luar biasa. Yuk mulai sekarang cintai dan jagalah kebudayaan dari Indonesia ini.

Mau tahu tips keuangan paling jitu biar cepat jadi sultan? Cari resep masakan untuk menu di rumah? Atau mau tahu kabar zodiak terkini sebagai referensi kamu dalam menjalani hari? Langsung aja cek media sosial Infokost di Twitter @infokostInstagram @infokost, dan TikTok @infokostid.

Cek Info Kost di Kotamu:

Info Kost Jakarta Barat Murah

Info Kost Jakarta Selatan Murah

Kost Yogyakarta Murah

Info Kost Depok Murah

Join The Discussion

Cari

Compare listings

Compare